Sabtu, 22 Februari 2014

JT 220214 : Kasus “Svendborg Maersk” Ditelisik

Kabar hilangnya sekitar 520 unit kontainer diatas kapal “Svendborg Maersk”, tidak hanya ramai diperbincangkan di dunia maya tetapi pengamat lingkungan mulai bersuara seiring dengan banyaknya kontainer yang “hilang”.

Walau pihak Maersk Line mengakui dan akan mengevaluasi prosedur pengamanan yang ada saat ini namun beberapa pihak tetap menyayangkan kejadian kontainer hilang hingga sebanyak itu. Apakah ada yang tahu isinya apa ?

Syukur-syukur kalo kosong tapi apakah publik bisa mengakses data tersebut ? Pertanyaan orang awam seperti inilah yang kini ramai diperbincangkan karena belajar dari beberapa kejadian dan peristiwa sebelumnya, dampak yang ditimbulkan cukup parah.

Kapal “Svendborg Maersk” berkapasitas 7.200 TEUs dan kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi dialami oleh berbagai perusahaan pelayaran. Dari 520 box, berapa yang tenggelam dan berapa yang mengapung, masih ditelisik.

Setiap hari, sekitar 5-6 juta TEUs berkeliaran diatas samudera luas dan mengangkut beragam komoditi, mulai barang kebutuhan sehari-hari, karpet, pakaian, chips hingga produk makanan dan minuman.

Tak semuanya barang-barang ini bisa sampai hingga di tempat tujuan. Ada karena rusak, kena pembajakan / sabotase bahkan bencana alam ato kalo di pelayaran ada istilah “force major” alias kuasa alam dan hal ini diluar kuasa manusia.

Kelompok pecinta lingkungan Perancis, Robin des Bois, menyayangkan kegagalan pihak pelayaran meminimalisir insiden diatas yang bisa berakibat membahayakan pihak lain, baik nelayan penagkap ikan maupun isu lingkungan.

Kontainer yang terjatuh ke laut, gak langsung tenggelam, itu masalahnya. Bila masih mengapung, membahayakan jalur pelayaran. Kontainer tenggelam pun bakal jadi masalah apalagi muatannya terklasifikasi berbahaya ato menyimpan kandungan tertentu (reefer container).

Marine insure asal Selandia Baru, “Vero Marine” mengatakan bahwa umumnya kontainer 20’ bisa bertahan mengapung rata-rata 2 (dua) bulan sedangkan masa apung kontainer 40’ bisa 3x lebih lama dibanding kontainer 20’.

Masalahnya, sampai detik ini, tidak ada lembaga internasional resmi yang mencatat setiap kejadian dengan detil dan tidak ada pula kewajiban dari pelayaran ato pemilik kapal untuk melaporkan kejadian tersebut, apabila tertimpa musibah. Apapun itu. Lantas bagaimana dengan jumlahnya ?

Tahun 2011, World Shipping Council (WSC) menyebutkan angka kehilangan kontaine bagi industri pelayaran sekitar 675 unit pertahunnya. TT Club lain lagi. Menurut versinya, paling pol di angka 2.000 unit namun ada pengamat lain menyebut sekitar 10.000 unit. Tuh khan ?

Dan isu yang jadi “trending topic” di internet yakni perkara berat kontainer. “International Maritime Organization” (IMO) pernah merekomendasikan bahwa kontainer yang akan dimuat haruslah ditimbang terlebih dahulu namun mendapat tentangan keras. Alasannya mahal dan menyita waktu.

Customer sih sedapat mungkin mendeklarasikan kargonya sebagai barang ringan. Namun kejujuran menyampaikan berat kontainer isi apa adanya sering diabaian. Tak pelak lagi sejumlah bukti kuat ikut terpendam ke dasar lautan.

Indikasi bahwa berat kontainer memiliki kontribusi atas kejadian dramatis “MSC Napoli” (62.000 ton) dan “MOL Comfort” (90.000 ton) sulit terbukti walau sejumlah surveyor memberikan indikasi tersebut. Bukti yang tidak mendukung sehingga kesimpulan mentah lagi.

Nah, untuk kejadian yang menimpa Svendborg Maersk, kita tunggu aja hasil investigasinya ya. Oh ya, rujukan sebelumnya, silahkan baca JT 200214 : “Svendborg Maersk” Kehilangan 520 Boxes.


Sumber : SN-TR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar