Senin, 19 November 2018

JT 191118 : WHL Order 20 Kapal Anyar


Ini gebrakan terbaru dari perusahaan pelayaran asal Taiwan, Wan Hai Lines (WHL). Kabar terkini, WHL siap membangun 20 (duapuluh) kapal kontainer anyar di Jepang dan Tiongkok.

WHL dalam minggu lalu berhasil membubuhkan tanda tangan membangun 8 x 3.036 TEUs dengan pihak Japan Marine United Corporation (JMU) dan 12 x  2.038-TEUs dengan pihak Guangzhou Wenchong Shipyard Co Ltd (GWS) /China Shipbuilding Trading Company, Ltd (CSTC).

Pengiriman kapal seri 3.036 TEUs sekitar akhir tahun 2020 dan kapal berkapasitas 2.083 TEUs menyusul kemudian, awal tahun 2021. Saat ini WHL mengoperasikan 72 kapal milik + 24 kapal sewa berbagai ukuran.

Selain order diatasm pihak WHL memiliki opsi membangun / menambah 4 x 3.036 TEUs + 4 x 2.038 TEUs dengan rentang waktu antara 3-6 bulan. Nilai kontrak keseluruhan gak banyak diketahui orang, tapi ditaksir sekitar USD 900 juta.

Kekuatan WHL di kawasan Asia Tenggara dan sekitarnya gak bisa dipandang remeh. Sebagai acuan, data menyebutkan di area Asia Tengah – Asia Tenggara (Asteng), WHL bisa mengangkut 30.393 TEUs per minggu.

Di area sebaliknya, antara Asteng – Asia Tengah sekitar 29.207 TEUs per minggu. Dari Asia Utara – Asia Tengah 16.252 TEUs per minggu, Asia Tengah – Asia Utara 13.647 TEUs per minggu dan Asia – ISC p.p 8.893 TEUs per trip per minggu.

Wooow bingitz khan. Jadi, klo optimis dengan pertumbuhan yang ada, wajarlah WHL ngeborong segitu banyak. Good luck !

Sumber : Dari Sana-sini.

Jumat, 16 November 2018

JT 161118 : Pelayaran Global Usul Lembaga Digitalisasi


Sepertinya sudah menjadi kebutuhan primer bagi pelayaran global, untuk segera menentukan arah masa depan industri pelayaran di Logistik 4.0 – begitu sepertinya jika pengen disebut lebih kerennya. Antisipasi Bro’.

Digitalisasi menjadi kebutuhan karena hampir semua transaksi merapat ke arah IoT (Internet of Things) dan secara sepihak industri pelayaran harus memaklumi adanya pergeseran ini, dengan beradaptasi. Bila tidak, semakin tertinggal dan bisa dilibas jaman.

Semua sudah (mulai) berbasis internet. Dari pembayaran sederhana di industri jasa seperti ojek mobil/motor, berbelanja (shopping), kirim barang (shipping) hingga skala yang agak besar kontrak kerja jangka panjang (membangun sebuah pabrik ato kawasan industri). All connected with the internet. Wooow !

Berdasarkan pertimbangan tersebut (mungkin aja tuh he he he), 5 (lima) pelayaran besar yang ada saat ini, yaitu  AP Moller-Maersk, CMA CGM, Ocean Network Express (ONE), Hapag-Lloyd dan MSC berencana membentuk sebuah asosiasi yang akan fokus 
mengevaluasi pemanfaatan teknologi digital dan standarisasi di industri pelayaran.

Masing2 pelayaran akan menugaskan eksekutif mereka yang berkecimpung di urusan IT, guna mendiskusikan standar teknologi informasi yang bisa berlaku umum serta gak berbayar sehingga bisa diakses oleh Pelanggannya dan otomatis para stake holdernya juga..

Demikian media Seatrade Maritime News dari Colchester, Inggeris melaporkan. Semua persiapan tengah disusun dan bila semuanya lancar, asumsinya awal tahun 2019 sudah bisa dioperasikan.

Kita tunggu perkembangan lebih lanjut aja ya. Apa sih yang akan dikerjakan dan lain sebagainya. Stay tune ...

Sumber : Dari Sana-sini.

Kamis, 15 November 2018

JT 151118 : Gak Ada Isu Merger – Ujar CEO SM Line


Perkara merger ato ngga, memang cukup pelik. Klo dipaksakan koq kayaknya pemerintah intervensi tapi klo didiemin malah jadi penyakit di kemudian hari. Setidaknya klo gagal sehingga menjadikan piutang sebagai warisannya.

Terkait informasi sebelumnya yang digosipkan bahwa pelayaran Hyundai Merchant Marine (HMM) sebaiknya mengambil-alih ato merger dengan pelayaran SM Line (yang disebut-sebut reinkarnasi Hanjin Shipping / HJS).

Hal diatas dibantah oleh CEO SM Line, Kim langsung dari kantor pusatnya saat mendengar isu santer diatas dan menegaskan bahwa SM Line berniat membangun armadanya sendiri secara independen dan meramu model bisnis yang sesuai dengan organisasinya.

Yo wes, jelas sekarang. Jadi maunya SM Line lanjut sendiri dan gak mau tergantung kepada pihak mana pun. Paling ngga begitu sinyalemen yang bisa disampaikan. Good luck !

Berita terkait, baca JT 141118 : Lagi, Isu HMM Merger Dengan SM Line.

Sumber : JoC.

Rabu, 14 November 2018

JT 141118 : Lagi, Isu HMM Merger Dengan SM Line


Bagi Korea Selatan, perlu berpikir agak panjang sebelum ada keputusan melebur ato tidaknya sebuah perusahaan pelayaran menjadi entitas yang lebih besar dan lebih powerful.

Setelah Tiongkok yang berhasil menggabungkan Cosco + China Shipping Container Line (CSCL) 2 tahun lalu dan kemudian 3 (tiga) samurai biz kontainer Jepang dilebur dalam Ocean Network Express (ONE : NYK, MOL, “K” Line). Tinggal Korea Selatan dan Taiwan yang masih melirik-lirik terhadap setiap teori kemungkinan.

Mungkin merger, mungkin bail-out ato ada opsi lain, entahlah. Kebijakan sebuah negara untuk melebur ato tidak sangat bergantung kebijakan global dan strategis luar negerinya. Untuk itulah Korea dan Taiwan masih mengkajinya lebih dalam.

Bahwa beberapa waktu lalu ada isu pelayaran Hyundai Merchant Marine (HMM) akan digabung dengan SM Line, embrio sebuah kerajaan biz ex Hanjin Shipping (HJS) yang bangkrut, kembali mencuat.

Pasalnya, HMM hingga saat ini masih berdarah-darah walau sudah menempel di aliansi strategis 2M tetapi vessel sharing agreement (VSA)-nya bakal selesai di tahun 2020 juga, dimana HMM harus sudah memikirkan solusinya.

Perjanjian VSA bisa saja diperpanjang tapi tergantung keputusan 2M juga – yang juga pesaing langsung bagi HMM. Maersk Line dan MSC memiliki strategi cukup kuat mengingat keduanya adalah yang terbesar dibidangnya.

HMM akhirnya memutuskan untuk membangun armada sendiri dan membeli 12 x 23.000 TEUs + 8 x 15.000 TEUs.serta kesemuanya akan mulai dikirim di tahun 2020 hingga selesai. Total 20 kapal anyar.

Wakil Ketua Korea Shipowner’ Association (KSA), Kim Young-moo dalam sebuah wawancara menyarankan aksi merger antara HMM dan SM Line untuk mengurangi rasa frustasi manajemen HMM.

Penyokong keuangan HMM yakni Korea Development Bank (KDB) menyiratkan bakal lebih tegas dalam mengarahkan biz HMM. Jika merugi terus maka pegawai yang gak perform bakal ditendang dan diganti dengan personil yang lebih mumpuni.

Aksi tegas ini harus dilakukan mengingat HMM merupakan pelayaran yang diselamatkan KDB dan HJS merupakan korban dari keganasan kompetisi industri pelayaran global dalam 10 tahun belakangan ini.

Sebuah catatan yang cukup memprihatinkan, bahwa dalam 13 kuartal HMM membukukan kerugian USD 1,62 milyar, termasuk merugi USD 155 juta di semester 1 (Jan-Jun) di tahun 2018.

No wonder. Memang harus ada langkah revolusioner klo ngeliat catatan statistiknya. Klo gak berubah, ya pasti terus berdarah-darah dan apa iya KDB mo terus kasih subsidi ?
Just wait and see ya. 

Klo dari sisi kita orang awam, just DO IT aja (maksudnya jadiian aja) daripada telat dan waktu terus berjalan. Pertanyaan selanjutnya, emang klo dilebur bakal untung ? Setidaknya, mengurangi stres para bozz yang mendanai.

Sumber : Dari Sana-sini.

Kamis, 01 November 2018

JT 011118 : Jepang Test KA Trans-Siberia

Opsi yang sering digadang-gadang di sisi angkutan biasanya menunjukkan arah utara peta dunia, yakni kawasan Arktik ato pemanfaatan jalur kereta api (KA) lintas benua semisal Jalur Sutera ato Trans-Siberia.

Peta angkutan saat ini sangat bervariasi karena dipicu mahalnya harga bahan bakar (naik secara berkala) dan operator angkutan harus mencari akal agar biaya logistik tetap bisa terjangkau.

Jika tidak, pasti industri logistik swasta khususnya akan ditinggal dan berganti ke pihak yang lebi akomodatif untuk bisa menyerapnya. Di era digitalisasi semuanya tengah bergulir dan tahapannya mulai bergeser secara significant.

Kabarnya Jepang tengah mencoba alternatif angkutan menggunakan kombinasi ferry / kapal RO/RO dan juga KA Trans Siberia. Opsi baru ini dikabarkan bisa menghemat biaya sekitar 40 persen antara Jepang – Rusia. Wooow.

Proyek yang digarap dan bakal menghubungkan koridor propinsi Jilin (Tiongkok) agar terkoneksi ke pelabuhan Vladivostok (Rusia), Donghae (Korea Selatan) dan Sakaiminato (Jepang). Di masa depan bahkan akan ditambah lagi.

Awal tahun 2018, Jepang dan Rusia melaksanakan ujicoba angkutan melalui jalur laut dan juga darat via KA. Untuk diketahui, jalur KA Trans Siberia menempuh 9.289 km dan butuh pengembangan kedepannya diantara kedua negara – demikian sebagaimana disampaikan Deputy Menteri Perhubungan & Infrastruktur Jepang, Toshihiro Matsumoto.

Sedangkan perjalanan kargo via kapal laut saat ini, dari Jepang ke Rusia sebelah barat membutuhkan waktu 62 hari. Gak disebutin kalo pake KA ato Arktik seberapa cepat karena memang blon ada datanya.

Tetap dimonitor karena cepat ato lambat, opsi angkutan diatas pasti terwujud apalagi bila dipasang embel2 bisa menurunkan biaya logistik di masing2 negara.

Sumber : Dari Sana-sini / Ilustrasi : Brickerz Blog..