Rabu, 30 Desember 2020

JT 301220 : Refleksi Akhir Tahun 2020

 

Tahun 2020 dimulai dengan menyebarnya isu Coronavirus ato lebih dikenal dengan Covid-19 dari kawasan Wuhan, RRCina. Serta merta negeri Panda me-lockdown Wuhan hingga virus ini berhasil “diatasi” dengan baik oleh tim kesehatan disana.

Bulan berikutnya, rupanya Covid-19 berkelana ke ujung dunia hingga semua negara direpotkan dengan cara penanganan yang berbeda satu sama lain hingga kepastian hadirnya virus menjelang tutup tahun 2020 ini.

Uniknya, butuh 3 (tiga) bulan pemerintah RRCina memastikan semuanya tertangani dengan baik sedangkan di negara lain, amukan Covid-19 tak terelakan dan akhirnya dideklarasikan sebagai pandemi oleh WHO, melanda juga Indonesia.

RRCina pulih terlebih dahulu dan langsung menggenjot ekspor setelah prihatin selama 3 bulan lebih, diantaranya barang yang di-ekspor masker, alat pelindung diri (APD) hingga obat2an. Belakangan vaksin yang diproduksi massal mulai didistribusikan juga.

Dampaknya, volume ekspor dari RRCina ke Amrik + Eropa melonjak luar biasa sehingga pelayaran sampe harus menambah jadual pelayaran, dikenal dengan Extra Loader. Menambah kapasitas dari yang sudah ada.

Demikian juga angkutan masker, APD + vaksin melalui udara, mulai membangkitkan industri angkutan barang via udara, pesawat terbang penumpang banyak yang dikonversi menjadi pesawat barang (freighter). Apa boleh buat.

Rentetan aktifitas diatas mendatangkan bencana di hampir semua negara, yakni saat eksportir ingin mengirim barang tapi dihadapkan kelangkaan kontainer kosong (MTY Boxes) karena semua kontainer tertahan di Amrik dan Eropa.

Kenapa hanya Amrik + Eropa, alasan klasiknya mudah ditebak, Cu’annya lebih bagus dan makanya gak tanggung2 pihak pelayaran sampe harus menambah extra loader bahkan sewa pesawat khusus pun sampe membludak.

Fenomena yang diluar nalar, bahwa disaat terjadinya kehebohan perang dagang antara Amrik + RRCina, isu Inggeris keluar dari Uni Eropa (dikenal dengan Brexit), ehh volume perdagangan koq ndilalah melonjak luar biasa.

Bisa jadi, pihak pelayaran selama ini hanya fokus membuat kapal baru tetapi mengabaikan untuk membuat kontainer baru. Asumsi gampangnya, jika ada satu kapal 24.000 TEUs, minimal pelayaran harus menyiapkan 3 set = 72.000 TEUs.

Jadi jangan cuma mengukur faktor ketidaakseimbangan antara ekspor dan impor doank. Impor kebanyakan 20 feet sedangkan ekspor 40 feet. Ya dipikirkan bareng2 gak cuma urusan pelayaran, pengusaha, pengusaha truk ato pemerintah. Semuanya memiliki perannya masing2. Ngomonglah yang enak sembari ngupi.

Gampang2 susah memprediksi apa yang akan terjadi di tahun 2021 tetapi isu distribusi vaksin dan pelengkapnya, menjadi topik utama. Lantas apakah kelangkaan kontainer akan tertangani dalam waktu dekat ?

Lantas, sejarah maritim global pun mencatat bahwa sejak kapal kontainer terbaru HMM Algeciras (kapasitas 24.000 TEUs dinobatkan sebagai kapal terbesar di era ini), dioperasikan di bulan April 2020.

Yang kebagian untung ya aliansi strategis THE Alliance sehingga mendapat tambahan peluru dan komposisi aliansi strategis sedikit bergeser. THE Alliance menjadi pemilik armada yang cukup disegani.

Pasalnya, HMM (sebelumnya menggunakan merek Hyundai Merchant Marine) ikut aliansi strategis 2M yang dimotori Maersk + MSC namun berhubung gak bisa jadi anggota penuh, akhirnya memilih pindah haluan ke THE Alliance.

Potensi didepan mata, Imlek tahun 2021 akan berbeda dengan tahun2 sebelumnya dimana kegiatan kemanusiaan akan menyita perhatian publik dan industri logistik mengecualikan diri untuk tetap beroperasi.

Satu lagi isu luar biasa di tahun 2020 yakni banyaknya kapal yang terkena badai di Samudera Atlantik + Lautan Pasifik sehingga banyak memakan korban, dalam hal ini kontainer hilang yang terkena badai.

Salah satu yang menghebohkan adalah kasus kapal yang dioperasikan Ocean Network Express (ONE), yakni ONE Apus yang terkena badai hebat pada tgl 30/11 sehingga diperkirakan 2.000an kontainer hilang dan masih dalam investigasi pihak berwenang.

Kasusnya akan menggulung ke tahun berikutnya karena potensi klaim yang diprediksi bisa mencapai angka USD 200 jutaan serta melibatkan banyak pihak. Kapal ONE Apus dioperasikan dibawah koordinasi aliansi strategis sejumlah pelayaran internasional, THE Alliance.

Anggota THE Alliance terdiri dari sejumlah perusahaan pelayaran berbeda negara, semisal Hapag-Lloyd (Jerman), ONE (Jepang), Yang Ming (Taiwan) + HMM (Korea Selatan). Semoga semuanya bisa ditangani dengan baik.

Terakhir, sejak pandemi berlangsung, dimasa sekaranglah kita mengenal secara lebih dekat istilah2: protokol kesehatan (prokes), bekerja dari rumah (work from home), menjaga jarak (social distancing), adab kebiasaan baru (new normal), Zoom / GoTo Meeting / Google Meets dst.

Jika dirangkum untuk refleksi kali ini : Pandemi Coronavirus - HMM Masuk THE Alliance - Insiden ONE Apus. Diantaranya ada kelangkaan kontainer kosong (shortage of MTY Boxes). Setidaknya itu yang bisa dirangkum. Semoga puas.

Tetap berdoa untuk tahun 2021 yang lebih baik. Bismillahirahmanirrahim.

Sumber : e-DITOR / Foto : maritime_view.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar