Sabtu, 09 April 2016

JT 090416 : Pelayaran Waspadai Bila Inggeris Cabut Dari UE


Dilema dunia pelayaran di setiap negara selalau ada dan harus dihadapi dengan nyata. Hal yang sedang disorot industri pelayaran (khususnya) adalah akan cabutnya Inggeris dari keanggotaan Uni Eropa (UE). Wooow bingitz !

Ada ungkapan terkenal sejak ada indikasi Inggeris bakal cabut / keluar dari UE, namanya Brexit. Istilah serupa pernah dipake Yunani saat diisukan mo cabut dari UE juga, namanya Grexit alias Greece Exit.

Brexit merupakan singkatan yang mengacu pada kondisi di mana Inggris mengancam akan hengkang dari blok 28 negara Eropa. Selama lebih dari setengah abad, sudah dilakukan perubahan perjanjian dan tercipta badan-badan penting seperti Komisi Eropa, Parlemen Eropa, Pengadilan Eropa, hingga Dewan Eropa.

Perdana Menteri Inggris David Cameron sudah menetapkan tanggal referendum, yakni 23 Juni 2016 yang jatuh pada hari Kamis. Di bawah undang-undang, Cameron harus memberikan informasi mengenai referendum 16 pekan sebelumnya.

Inggris bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa atau European Economic Community (EEC) - pendahulu Uni Eropa - pada 1 Januari 1973. Ini merupakan ambisi dari Perdana Menteri Edward Heath yang bernegosiasi agar Inggris bergabung dengan Eropa.

Heath merupakan negosiator andal saat Presiden Perancis waktu itu, Charles de Gaulle - menolak  masuknya Inggris pada 1963. De Gaulle kembali menolak Inggris, namun jatuh dari kekuasaan pada 1969, sehingga membuka jalan bagi pembentukan Inggris baru.

Uni Eropa merupakan persatuan 28 negara yang terhimpun dalam zona perdagangan bebas. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari US$ 18.000 miliar dan populasi mencapai lebih dari 500 juta, UE merupakan blok ekonomi terbesar dunia.

Hasil polling Brexit tampak beragam. Polling telepon Ipsos Mori pada 16 Februari lalu menunjukkan, 54% warga menginginkan agar Inggris tetap menjadi anggota UE. Sedangkan 36% lainnya memilih untuk keluar dari keanggotaan UE.

Sementara, polling ICM yang dilakukan secara online pada 7 Februari menunjukkan, 42% responden menyetujui Brexit versus 41% responden memilih untuk tetap menjadi anggota UE. Lantas klo meleset gimana dunk ?

Kondisi inilah yang sangat dikhawatirkan oleh para pengusaha. Suatu ketentuan baru, pasti akan menimbulkan masalah baru. Apalagi kejadian Inggeris (bila maujud) jadi keluar dar UE, ini adalah kejadian luar biasa dan blon tentu bisa diantisipasi.

Contohnya, gonjang-ganjing fluktuasi nilai mata uang, lantas pemerintah Inggeris harus meratifikasi pernjanjian bilateral ato pun dengan UE sekali pun, tapi diprediksi akan sulit dan memakan waktu panjang.

Walau disebut2 Inggeris bakal mendapat banyak keuntungan bila berjuang sendirian tapi sebagian pihak, masih pesimistis. Perlu pembuktian karena bila fluktuasi nilai mata uang gak bisa terkontrol, segalanya akan berubah dengan drama.

Nah, seberapa serius Ingeris bakal cabut ? Yuuk, kita tunggu hasil referendum Brexit. Take care.

Sumber : Dari Sana-sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar