Data yang disebutkan oleh rumah
riset Sea-Intelligence menunjukan bahwa dalam beberapa minggu ke belakang
jumlah blank sailing meningkat tajam dari 45
ke 212. Untung bukan di Indonesia kejadiannya, bisa dibully abiiiz Bro’ pake embel2
212 ...
Beberapa pelayaran besar
melakukan pembatalan (cancellation) dan hingga 5-6
minggu kedepan, diperkirakan blank
sailing masih akan terus muncul, melihat perkembangan terkini. Hal yang cukup
memprihatinkan skaligus menimbulkan kecemasan para pengamat.
Kenapa bisa ? Lha iyalah. Semakin
banyak blank sailing semakin banyak kerugian yang ditimbulkan. Mana kapal
sekarang segede-gede gajah alias kapasitasnya alaihim gedenya. Katakanlah kapal
15.000 TEUs, parkir seminggu dan apa jadinya ?
Kapasitas terbesar yang
ditarikada di rute Asia – Eropa (AE) dimana saat ini memasuki minggu ke-4 dan
kapasitas terpasang yang sudah digeser sekitar 29-34 persen dari pasar. Ngeri
banget, sudah sepertiga sendiri tuh.
Prediksi volume turun akibat
pandemi Coronavirus di tahun 2020 sebut saja 10 persen dan harga / ocean freight
harus bisa jaga sedemikian rupa karena kegagalan mengelola bisa berakibat
fatal.
Jika krisis pandemi ini
menyerupai krisis
keuangan tahun 2009, semua pelayaran
secara kolektif akan mengalami kerugian sekitar USD
23 Milyar. Hmm duitnya segimana ya, sampe
menyentuh milyar gitu.
Adapun pengurangan kapasitas bisa dibaca dengan jelas, yakni sebagai upaya menstabilkan harga. Jika dalam beberapa minggu ke depan harga ikut terjun bebas, dipastikan pelayaran akan saling berbalas pantun dan semakin suram kondisinya.
Butuh kesiapan
+ upaya bersama seperti Coronavirus
itu sendiri, harus disikapi bersama dengan disiplin
serta
didukung rakyatnya supaya bisa diatasi.
Upaya pemerintah akan sia2 jika rakyatnya cu’ek
bebek juga.
Ok kita akan saksikan bersama,
hingga akhir Juni
2020 berapa blank sailing yang akan diadopsi aliansi strategis besar dan juga independent
carriers agar kondusifitas harga bisa
dipertahankan.
Wait and see.
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar