Dilema
yang dihadapi industri pelayaran saat ini sangat riskan karena situasi ekonomi
global yang lagi memble, ditambah lagi datangnya kapal anyar dengan kapasitas
yang lebih gede akibat investasi di masa sebelumnya.
Prediksi
bahwa situasi ekonomi melambat sedemikian lama memang gak diprediksi dengan
jitu. Bahkan siapa menyangka bila sekarang harga minyak dunia bisa dilevel USD 40/barrel dan merupakan sejarah
baru. Bahkan Direktur IMF meramal
bisa di angka USD 15/barrel.
Sebuah
media riset yang berbasis di Perancis,
Alphaliner, memperingatkan bahwa perlombaan antar pelayaran global agar
bisa memperoleh unit cost yang paling kompetitif dengan membangun kapal gede,
terus berlanjut.
Setidaknya
kapal yang udah kepalang dipesan, khan gak bisa dibatalin. Beberapa waktu lalu,
kemungkinan terbesar adalah dimundurkan masa pengirimannya. Artinya, ancaman over-capacity di depan mata dan udah
berlangsung beberapa tahun ini.
Akhir
tahun 2015, kapal yang nganggur
tercatat 1,36 juta TEUs ato mewakili
sekitar 6,8 persen dari total armada
kapal komersil yang ada. Ngeri khan dan catatan ini bakal tambah parah,
seandainya sikon yang ada saat ini gak tumbuh.
Kapal
lama yang seharusnya di-scrap ato dihancurkan, ternyata gak sebanyak yang
direncanain karena harga besi baja jeblok sehingga gak maksimal. Sedangkan
pertumbuhan kapal anyar sangat fantastis.
Tahun
2015, ada 214 kapal kontainer anyar ato
setara dengan 1,72 juta TEUs dan ini
yang dikhawatirkan membuat industri pelayaran ciut karena pertumbuhan kapal
berbanding terbalik dengan penyerapan pasar.
Kondisi
harga saat ini termasuk terjelek dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. Jika gak direm maka dampak keebihan
beban (over-capacity) bakal menimbulkan perang harga ato harga terjun bebas dan
hanya yang kuat yang bisa bertahan.
Hmm
… ngeri ngeri sadis ya. Kita pantau aja deh.
Sumber
: Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar