Kelihatannya sadis tapi itulah adanya. Sejumlah pengamat meramalkan isu
tersebut bakal jadi kenyataan seandainya pelayaran Intra-Asia terus bertempur
dengan tarif rendah dan volume yang lagi memble begini.
Seperti diketahui, jangankan Intra-Asia yang pemainnya segambreng alias
banayk, di rute jarak jauh dan menegah pun mulai pada kelojotan karena biaya
produksi naik ehhh giliran harga merosot terus. Maaf-maaf kata, masa sih jualan
nombok terus ? gitu.
Gak heran kalo chief executive MCC Transport, Tim Wickmann - afiliasi A.P
Moller-Maersk yang bermarkas di Singapura – memprediksi juga, kalo harga gak
naik-naik maka dalam waktu dekat bakal pelayaran Intra-Asia bangkrut.
Ada baiknya, semua pelayaran berkumpul bareng dan bekerjasama. Gak perlu
nambah kontainer, kapasitas kapal tetapi bisa meningkatkan frekuensi dan nambah
layanan servis ke manca negara, sebenarnya. Tapi terpulang kepada kebijakan
masing-masing pelayaran.
Repotnya lagi, terkadang ada pelayaran yang terlalu baik sehingga ada kargo
gratisan yang dimuat dan dibilang “charity”. Akibatnya muatan bisa penuh tai
target setoran gak tercapai. Minta muarh gitu, mana mungkin untung. Tekor iya !
Saat gong P3, G6, CKYHE dan pelayaran global lainnya bertabuh di rute
Asia-Eropa (AE) saat itulah tekanan terhdap muatan Intra-Asia akan terpengaruh
di struktur harga. Limpahan kapal milik pelayaran besar akan memenuhi pasar
Intra-Asia dan sudah menjadi tradisi.
Siapa yang bertahan dan siapa yang rontok ? Kita lihat saja ya.
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar