Hantaman krisis di industri pelayaran,
khususnya angkutan berbasis kontainer, sudah meradang sejak 5 (lima) tahun
belakangan. Untuk pasar Asia, boleh dibilang 2 (dua) perusahaan pelayaran
Jepang ini menjadi pelopor angkutan gas.
Adalah “MOL” dan “NYK” yang secara
bertahap mulai mengurangi porsi kontainer dan lebih melirik angkutan gas alam
cair ato yang lebih dikenal dengan nama “liquefied natural gas” (LNG) –
demikian sebagaimana dilaporkan oleh “Transport Intelligence” (TI) yang
bermarkas di Inggeris.
Beberapa waktu lalu, saat Rusia kekurangan
gas impor, sebenarnya hal ini merupakan peluang besar bagi mereka yang jeli
namun belum ada yang berminat serius. Logistik LNG baru berkembang di benua
Asia ketimbang Eropa.
Kebetulan Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok
merupakan konsumen gas terbesar di Asia dan MOL serta NYK sudah menempatkan
logistik LNG dalam rencana besar perusahaan di masa datang. Mereka memilih memasuki
era baru dunia transportasi, yakni LNG, ketimbang kontainer.
MOL menilai, angkutan LNG sebagai “one in
a million business opprtunity” sedangkan NYK diprediksi, dalam 5 (lima) tahun
kedepan bakal mengurangi kekuatan kontainernya. NYK ingin meningkatkan “light
asset’, jumlah armada kapal tanker LNG ditarget menjadi 100 unit ato tumbuh 33
persen.
Bagi MOL, program yang dicanangkan “Steer
for 2020” merupakan bentuk ekspansi armada angkutan LNG, dari 9 persen ke 26
persen (dalam waktu 6 tahun kedepan). Bulk shipping bakal nge-drop dari 43
persen ke 37 persen dan biz kontainer menyisakan 12 persen doank.
Nah, begitulah industri pelayaran saat
ini. Jeli-jelilah melihat peluang. Ada kesempatan bagus, kenapa gak dicoba.
Bila prospektif, ya investasi ‘lah. Siapa tahu bisa lebih berjaya dibanding
masa kini, berkutat di kontainer he he he. Ganti haluan akh ...
Sumber : Dari Sana-sini / Kredit Foto : LL Intelligence.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar