Kabar hilangnya sekitar 520 unit kontainer
diatas kapal “Svendborg Maersk”, tidak hanya ramai diperbincangkan di dunia
maya tetapi pengamat lingkungan mulai bersuara seiring dengan banyaknya
kontainer yang “hilang”.
Walau pihak Maersk Line mengakui dan akan
mengevaluasi prosedur pengamanan yang ada saat ini namun beberapa pihak tetap
menyayangkan kejadian kontainer hilang hingga sebanyak itu. Apakah ada yang
tahu isinya apa ?
Syukur-syukur kalo kosong tapi apakah
publik bisa mengakses data tersebut ? Pertanyaan orang awam seperti inilah yang
kini ramai diperbincangkan karena belajar dari beberapa kejadian dan peristiwa
sebelumnya, dampak yang ditimbulkan cukup parah.
Kapal “Svendborg Maersk” berkapasitas
7.200 TEUs dan kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi dialami oleh
berbagai perusahaan pelayaran. Dari 520 box, berapa yang tenggelam dan berapa
yang mengapung, masih ditelisik.
Setiap hari, sekitar 5-6 juta TEUs
berkeliaran diatas samudera luas dan mengangkut beragam komoditi, mulai barang
kebutuhan sehari-hari, karpet, pakaian, chips hingga produk makanan dan
minuman.
Tak semuanya barang-barang ini bisa sampai
hingga di tempat tujuan. Ada karena rusak, kena pembajakan / sabotase bahkan
bencana alam ato kalo di pelayaran ada istilah “force major” alias kuasa alam
dan hal ini diluar kuasa manusia.
Kelompok pecinta lingkungan Perancis,
Robin des Bois, menyayangkan kegagalan pihak pelayaran meminimalisir insiden diatas
yang bisa berakibat membahayakan pihak lain, baik nelayan penagkap ikan maupun
isu lingkungan.
Kontainer yang terjatuh ke laut, gak
langsung tenggelam, itu masalahnya. Bila masih mengapung, membahayakan jalur
pelayaran. Kontainer tenggelam pun bakal jadi masalah apalagi muatannya
terklasifikasi berbahaya ato menyimpan kandungan tertentu (reefer container).
Marine insure asal Selandia Baru, “Vero
Marine” mengatakan bahwa umumnya kontainer 20’ bisa bertahan mengapung
rata-rata 2 (dua) bulan sedangkan masa apung kontainer 40’ bisa 3x lebih lama
dibanding kontainer 20’.
Masalahnya, sampai detik ini, tidak ada
lembaga internasional resmi yang mencatat setiap kejadian dengan detil dan
tidak ada pula kewajiban dari pelayaran ato pemilik kapal untuk melaporkan
kejadian tersebut, apabila tertimpa musibah. Apapun itu. Lantas bagaimana
dengan jumlahnya ?
Tahun 2011, World Shipping Council (WSC)
menyebutkan angka kehilangan kontaine bagi industri pelayaran sekitar 675 unit
pertahunnya. TT Club lain lagi. Menurut versinya, paling pol di angka 2.000
unit namun ada pengamat lain menyebut sekitar 10.000 unit. Tuh khan ?
Dan isu yang jadi “trending topic” di
internet yakni perkara berat kontainer. “International Maritime Organization”
(IMO) pernah merekomendasikan bahwa kontainer yang akan dimuat haruslah
ditimbang terlebih dahulu namun mendapat tentangan keras. Alasannya mahal dan
menyita waktu.
Customer sih sedapat mungkin
mendeklarasikan kargonya sebagai barang ringan. Namun kejujuran menyampaikan
berat kontainer isi apa adanya sering diabaian. Tak pelak lagi sejumlah bukti
kuat ikut terpendam ke dasar lautan.
Indikasi bahwa berat kontainer memiliki
kontribusi atas kejadian dramatis “MSC Napoli” (62.000 ton) dan “MOL Comfort”
(90.000 ton) sulit terbukti walau sejumlah surveyor memberikan indikasi
tersebut. Bukti yang tidak mendukung sehingga kesimpulan mentah lagi.
Nah, untuk kejadian yang menimpa Svendborg
Maersk, kita tunggu aja hasil investigasinya ya. Oh ya, rujukan sebelumnya,
silahkan baca JT 200214 : “Svendborg Maersk” Kehilangan 520 Boxes.
Sumber : SN-TR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar