Tahun 2020 dimulai dengan menyebarnya isu Coronavirus ato lebih dikenal
dengan Covid-19 dari kawasan Wuhan, RRCina. Serta merta
negeri Panda me-lockdown Wuhan hingga virus ini berhasil “diatasi” dengan baik oleh tim kesehatan
disana.
Bulan
berikutnya, rupanya Covid-19 berkelana ke ujung dunia hingga semua negara
direpotkan dengan cara penanganan yang berbeda satu sama lain hingga kepastian
hadirnya virus menjelang tutup tahun 2020 ini.
Uniknya,
butuh 3 (tiga) bulan pemerintah RRCina memastikan semuanya tertangani dengan baik sedangkan
di negara lain, amukan Covid-19 tak terelakan dan akhirnya dideklarasikan sebagai
pandemi oleh WHO, melanda juga Indonesia.
RRCina
pulih terlebih dahulu dan langsung menggenjot ekspor setelah prihatin
selama 3 bulan lebih, diantaranya barang yang di-ekspor masker,
alat pelindung diri (APD) hingga obat2an. Belakangan vaksin yang diproduksi massal mulai didistribusikan
juga.
Dampaknya,
volume ekspor dari RRCina ke Amrik + Eropa melonjak luar
biasa sehingga pelayaran sampe harus menambah jadual pelayaran, dikenal dengan Extra
Loader.
Menambah kapasitas dari yang sudah ada.
Demikian
juga angkutan masker, APD + vaksin melalui udara, mulai membangkitkan industri
angkutan barang via udara, pesawat terbang penumpang banyak yang dikonversi menjadi pesawat
barang (freighter). Apa boleh buat.
Rentetan
aktifitas diatas mendatangkan bencana di hampir semua negara, yakni saat
eksportir ingin mengirim barang tapi dihadapkan kelangkaan kontainer kosong (MTY Boxes) karena semua
kontainer tertahan di Amrik dan Eropa.
Kenapa
hanya Amrik + Eropa, alasan klasiknya mudah ditebak, Cu’annya lebih bagus dan
makanya gak tanggung2 pihak pelayaran sampe harus menambah extra loader bahkan
sewa pesawat khusus pun sampe membludak.
Fenomena
yang diluar nalar, bahwa disaat terjadinya kehebohan perang
dagang antara Amrik + RRCina, isu Inggeris keluar dari Uni Eropa (dikenal
dengan Brexit), ehh volume perdagangan koq ndilalah melonjak luar biasa.
Bisa
jadi, pihak pelayaran selama ini hanya fokus membuat kapal
baru tetapi mengabaikan
untuk membuat kontainer baru. Asumsi gampangnya, jika ada satu kapal 24.000
TEUs,
minimal pelayaran harus menyiapkan 3 set = 72.000 TEUs.
Jadi
jangan cuma mengukur faktor ketidaakseimbangan antara ekspor dan
impor
doank. Impor kebanyakan 20 feet sedangkan ekspor 40 feet. Ya dipikirkan
bareng2 gak cuma urusan pelayaran, pengusaha, pengusaha truk ato pemerintah. Semuanya memiliki
perannya masing2. Ngomonglah yang enak sembari ngupi.
Gampang2
susah memprediksi apa yang akan terjadi di tahun 2021 tetapi isu distribusi
vaksin dan pelengkapnya, menjadi topik utama. Lantas apakah kelangkaan
kontainer akan tertangani dalam waktu dekat ?
Lantas,
sejarah maritim global pun mencatat bahwa sejak kapal kontainer terbaru HMM
Algeciras
(kapasitas 24.000 TEUs dinobatkan sebagai kapal terbesar di era
ini), dioperasikan di bulan April 2020.
Yang
kebagian untung ya aliansi strategis THE Alliance sehingga mendapat
tambahan peluru dan komposisi aliansi strategis sedikit bergeser. THE Alliance
menjadi pemilik armada yang cukup disegani.
Pasalnya,
HMM
(sebelumnya menggunakan merek Hyundai Merchant Marine) ikut aliansi
strategis 2M yang
dimotori Maersk + MSC namun berhubung gak bisa jadi anggota penuh, akhirnya memilih pindah
haluan ke THE Alliance.
Potensi
didepan mata, Imlek tahun 2021 akan berbeda dengan tahun2
sebelumnya dimana kegiatan kemanusiaan akan menyita
perhatian publik dan industri logistik mengecualikan diri untuk tetap
beroperasi.
Satu
lagi isu luar biasa di tahun 2020 yakni banyaknya kapal yang terkena
badai
di Samudera Atlantik + Lautan Pasifik sehingga banyak memakan korban, dalam hal ini
kontainer hilang yang terkena badai.
Salah
satu yang menghebohkan adalah kasus kapal yang dioperasikan Ocean
Network Express (ONE), yakni ONE Apus yang terkena badai hebat pada tgl 30/11 sehingga diperkirakan 2.000an
kontainer hilang dan masih dalam investigasi pihak berwenang.
Kasusnya
akan menggulung ke tahun berikutnya karena potensi klaim yang diprediksi
bisa mencapai angka USD 200 jutaan serta melibatkan
banyak pihak. Kapal ONE Apus dioperasikan dibawah koordinasi aliansi strategis
sejumlah pelayaran internasional, THE Alliance.
Anggota
THE Alliance terdiri dari sejumlah perusahaan pelayaran berbeda negara, semisal Hapag-Lloyd
(Jerman), ONE (Jepang), Yang Ming (Taiwan) + HMM (Korea Selatan). Semoga semuanya
bisa ditangani dengan baik.
Terakhir,
sejak pandemi berlangsung, dimasa sekaranglah kita mengenal secara lebih dekat istilah2:
protokol kesehatan (prokes), bekerja dari rumah (work from home), menjaga jarak
(social distancing), adab kebiasaan baru (new normal), Zoom / GoTo Meeting / Google
Meets dst.
Jika dirangkum untuk refleksi kali ini : Pandemi Coronavirus - HMM Masuk THE Alliance - Insiden ONE Apus. Diantaranya ada kelangkaan kontainer kosong (shortage of MTY Boxes). Setidaknya itu yang bisa dirangkum. Semoga puas.
Tetap
berdoa untuk tahun 2021 yang lebih baik. Bismillahirahmanirrahim.
Sumber
: e-DITOR / Foto : maritime_view.