Ini bisa dibaca sebagai dampak
pandemi Coronavirus yang berkepanjangan. Pernah dibahas beberapa waktu
lalu, cepat ato lambat maskapai
penerbangan akan terkena dampak langsung
– bila kondisi gak segera pulih ato membaik.
Secara internasional pun, sejumlah
maskapai penerbangan besar dunia sudah beramai-ramai melakukan efisiensi, baik itu berupa pengurangan
gaji hingga ke pengurangan SDM (baca :
pemutusan hubungan kerja / PHK).
Dalam situasi sulit seperti
sekarang dibutuhkan keajaiban agar roda bisnis tetap bisa bertahan, jangan
bilang untuk dikembangkan. Maka gak heran juga bila kemudian maskapai
penerbangan domestik pun mulai khawatir dengan kondisi keuangan perusahaan.
Maskapai penerbangan Garuda mem-PHK 150 pilot, disusul Lion Air
Group yang gak memperpanjang kontrak 2.600 pekerjanya dan terakhir Sriwijaya
Air namun angka pastinya belum bisa dipastikan.
Ketua
INACA, Denon B Prawiraatmadja maupun pengamat penerbangan AIAC Arista
Atmadjati memang sudah memprediksi bahwa
maskapai penerbangan akan mengalama turbulansi seperti sekarati sekarang karena di luar negeri
sudah lebih dulu.
Seperti diketahui, moda transportasi darat, laut + udara saat relaksasi
mendapat jatah okupansi bervariasi mulai 60-70 persen. Namun demikian tingkat
keterisiannya pun masih minim
sehingga armada yang dikerahkan kurang dari 50
persen.
Jelas hitungannya gak nutup.
Kedepannya akan seperti apa industri penerbangan di Indonesia dan juga dunia
secara umum ? Kita lihat saja.
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar