Sudah jatuh
tertimpa tangga pula. Kita yang nun jauh dari Nepal ngerasa program bantuan
yang selama ini dialirkan / dikirim ke warga Nepal sono, berlangsung aman-aman aja. Ternyata terkendala banyak
hal, salah satunya keterbatasan supir.
Paket bantuan
kemanusiaan yang diterima PBB kini menumpuk di bandara dan bila pun harus
disalurkan kepada korban gempa bumi tempo hari, hanya bisa dikirim via traktor,
jalan kaki ato helikopter. Medan yang ditempuh memang sangat sulit.
Sekitar 300.000 pengungsi sangat membutuhkan
bantuan makanan dan selimut nun jauh diatas pegunungan. Nepal disrang gempa
bumi berskala 7-8 Richter dan menghancurkan bangunan hamper rata dengan tanah.
Di desa
bernama Chyama, sekitar 8 (delapan)
jam perjalanan dengan berkendara, baru sempat terkirim 1 (satu) ton beras dari
yang seharusnya. Di tempat ini, ada 800
keluarga yang tertimpa musibah gempa dahsyat dan kondisinya sangat
mengkhawatirkan.
Sebentar
lagi, dari hitungan kalender warga setempat, musim penghujan akan segera tiba
sementara tempat penampungan belum dibangun sama sekali dan bahan bangunan
merangkak naik akibat terbatasnya stok material.
Program
bantuan kabarnya terkendala birokrasi sehingga sejumlah LSM memotong kompas dan
langsung menembus kantung-kantung pengungsian di pedalaman yang tidak semuanya
bisa dicakup oleh pemerintah.
Jumlah
bantuan pangan yang melewati tapal batas pun meningkat drastic. Gerbang yang
biasa dipergunakan di India biasanya Kolkata
dan di Nepal di perbatasan Raxual.
Atas permintaan UN – World Food Program
maka sejumlah titik diperbatasan diminta dibuka. Antara lain : Delhi, Lucknow , Varanasi, Patna, Kanpur dan Bagdodgra.
Ikut
prihatin. Kabarnya, dalam 6 (enam) bulan
kedepan, pos-pos bantuan ini akan melayani kepentingan warga yang tertimpa
musibah. Semoga mancarli deh.
Sumber : Dari
Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar