Rivalitas 2 (dua) pelayaran besar dengan skala
global ini sulit tertandingi. Pelayaran lain pun jika ingin besar seperti
mereka ini butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa mewujudkannya, kecuali salah
satunya diakuisisi ato bangkrut.
Jika merger, entah apa yang akan terjadi karena
otoritas terkait belum tentu mengijinkan jika ada praktek monopoli
karena saking besarnya kapasitas yang dimiliki keduanya. Mereka adalah Maersk
dan Mediterranean Shipping Co (MSC). Bahkan keduanya berhimpun dalam
satu aliansi, 2M.
Saat ini, pelayaran nomor satu dunia masih dipegang oleh Maersk,
yang di tahun 2020 turun 2 persen sedangkan agregat MSC tumbuh 2,4
persen sehingga memperkecil selisih kapasitas hanya berbeda 251.000 TEUs
– demikian menurut rumah riset Alphaliner.
Pembanding kenapa selisih antara Maersk + MSC semakin tipis
bisa ditandai dari minat manajemen Maersk untuk mengerem laju ekspansi
sedangkan di sisi yang Pembanding yang paling kentara antara lain, manajemen
Maersk memilih untuk mengerem pertambahan laju armada baru sementara ambisi MSC
untuk bisa mengalahkan Maersk masih tinggi, sehingga laju konstruksi kapal2
baru MSC seperti membara luar biasa.
Misal, MSC membangun 10 kapal baru dengan total
kapasitas 179.280 TEUs sedangkan Maersk hanya memesan 21 kapal2 kecil
dengan kapasitas total 54.558 TEUs. Jika berlanjut terus maka dalam
beberapa tahun kedepan Maersk bisa benar2 tersusul.
Maersk menjadi salah satu pelayaran yang mengurangi
kapasitas di tahun 2020 tetapi di akhir tahun 2020 masih menguasai 17
persen angkutan. Sementara 8 pelayaran terus menambah kapasitas, yang
terbesar HMM + CMA CGM.
Secara konsolidasi MSC menduduki ranking ke-2, dengan
penambahan kapasitas 89.879 TEUs sehingga agregatnya menjadi 3,85
juta TEUs di akhir tahun 2020. Kedepannya, MSC bakal dapat sokongan 4 x
24.000 TEUs yang disewa dari BoComm RRCina.
Cosco Shipping Lines
berada di peringkat ke-3, setelah menggeser posisi CMA CGM Group saat
Cosco mengakuisisi pelayaran Orient Overseas Container Lines (OOCL) pada
tahun 2018 lalu.
Cosco tahun 2020 tumbuh 2,9 persen dan agregat
totalnya mencapai 3 juta TEUs. Sementara Zim Line + Wan hai Lines
(WHL) armadanya tumbuh 22,8 persen + 15,6 persen untuk masing2
pelayaran.
HMM merangsek ke posisi ke-8 dari posisi ke-10
setelah berhasil mendongkrak kapasitas hingga 85 persen. Pertumbuhan
mencengangkan asal Korea ini, saat manajemen memutuskan membangun selusin
kapal 24.000 TEUs dan kini sedang panen raya.
Rumah riset Alphaliner mencatat, penurunan paling tajam
terjadi di pelayaran asal Singapura, Pacific International Lines (PIL),
dimana armadanya merosot 28,9 persen dan peringkatnya drop ke ranking
12, dari semula ranking 9.
Semua masih bisa berubah karena kebijakan internal maupun
eksternal perusahaan, sangat mempengaruhi sikon dalam 12 bulan kedepan. Ada
yang menyangka bakal terjadi kenaikan harga yang gila2an ato kelangkaan
kontainer di akhir 2020 dan terbawa hingga awal tahun 2021 ?
Entahlah ..
Sumber : Dari Sana-sini / Foto : Ship.gr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar