Setelah
ditunggu dan ditunggu, pada akhirnya 2 (dua) pelayaran global ini menyampaikan
keinginannya memesan kapal berkapasitas 20.000 TEUs. Seperti kita ketahui,
beberapa waktu lalu, polemik order kapal gede ini menjadi momok dalam soal pendanaannya.
Bukannya
berarti pelayaran tersebut kere alias gak ada duit. Permasalahan pemasaran
menjadi dilemma pelayaran besar karena disaat pesanan jadi (katakanlah 20.000
TEUs), harus berapa lama duit pinjeman dibalikin ?
Perkara bikin
berapa banyak dan siapa galangan yang ditunjuk, itu rahasia perusahaan deh.
Kita cuma mengulas, sisi lain dari bisnis pelayaran agar berjalan simultan dan
lancar, maka harus dipastikan semua unsur meng-upgrade diri bersama-sama.
Berani ambil
risiko, ya salah-salah kalkulasi bisa ambruk. Makanya pelayaran-pelayaran besar
ekstra ketat berhitung supaya gak tergelincir. Persoalan membangun kapal besar
gak melulu memikirkan pendanaan dan pasar, tetapi juga pola operasi dan
kemungkinan kongesti.
Gak semua
pelabuhan menjamin bahwa masuknya kapal-kapal gede, otomatis murni meningkatkan
volume. Pihak pelabuhan harus memperdalam alur agar kapal segede mungkin bisa
diakomodir. Kapal semakin hari, semakin gede. Itu problematikanya.
Blon lagi
pembangunan infrastruktur bernilai ratusan juta dollar, perlu waktu
bertahun-tahun serta pengguna jasa dalam rantai distribusi, pun harus menanggung
biaya berupa surcharge ato apapun namanya untuk merespon biaya yang sudah
dibelanjakan oleh pihak operator.
Intinya,
kompleksitas pelayaran besar membangun kapal gede berkapasitas diatas 20.000
TEUS tak hanya menyisakan pekerjaan rumah bagi pelayaran itu sendiri tetapi
juga berdampak kemana-mana, seperti port operator, customer dan sistem shift
buruh di pelabuhan.
Sumber :
SN-TR, Cairo Post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar