Salah satu
tekanan batin yang dialami operator kapal kontainer di rute Asia – Eropa (AE) maupun Asia – Med (AM), yakni kurangnya
permintaan, yang berimbas ke pada jebloknya tingkat harga ke level terendah
yang pernah ada di industri pelayaran.
Hingga akhir Juni lalu, tingkat harga yang berlaku
di rute Shanghai – Med (maksudnya
Mediterania) sesuai Shanghai
Containerised Index (SCI) berada di bawah angka USD 300/20’. Hmm sadis juga ya, jika pake kurs 1 USD = Rp 13.000 sekitar IDR
4 juta kurang dikit.
Artinya, hampir
sama dengan harga ongkos angkut kereta
api Jakarta – Surabaya ato serupa dengan tariff pelayaran Jakarta – Banjarmasin untuk ukuran container
yang sama (20’) dalam masa “peak season”.
Dalam kondisi normal IDR 1 juta dibawah harga diatas.
Bandingkan
dengan harga Jakarta – Jayapura diatas
IDR 10 juta /20’ CY/CY (kargo antar-pulau) dengan masa tempuh 14 hari dan Shanghai – Med dengan jarak
tempuh kurang lebih sama tetapi harga cuma IDR 4 juta/20’ CY/CY doank ?
Hadeuuuuuh.
Makanya
jangan heran bila ada pelayaran asing jauh-jauh hari sudah mengamati pasar Indonesia dan sedang mengamati
bagaimana masuk pasar domestik dengan bekerjasama ato mengoperasikan kapal sendiri.
Berhati-hatilah, lagi dilirik asing loh.
Kembali ke
rute Asia – Med. Harus diakui bahwa
rute Asia – Eropa sebelah selatan merupakan pintu gerbang sejumlah komoditi dan
menjadikan area Med sebagai hub-ports
tersibuk di dunia dengan kapasitas 2,7
juta TEUs/minggu !
Hanya 11 dari total 26 servis ke Med yang
tidak melanjutkan pelayaran hingga Eropa utara ato Amrik. Artinya, ada dedicated service yang benar-benar
melayani Med doank. Ada 17 pelayaran
besar beroperasi disini dan MSC merupakan
yang terbesar.
Kapal yang
beroperasi di Med sekitar 300 unit
(berbagai ukuran) dan Mediteranean Shipping Co. alias MSC mempunyai kapasitas
mingguan 49.254 TEUs dan bila
digabungkan bersama Maersk Line
dalam aliansi 2M maka kapasitasnya
menjadi 74.174 TEUs.
CKYHE dan Ocean 3 mengikuti 2M dengan rata-rata 68.000 TEUs/minggu dan aliansi G6
memiliki kapasitas mingguan di angka 32.000
TEUs. Bahkan ada pelayaran yang mengoperasikan kapal terbesat di AM yaitu
16.000 TEUs sekitar 15 unit. Siapa tuh ?
Bulan lalu,
secara tiba-tiba akibat melempemnya pasar di Laut Hitam dan sekitarnya, 2M
menyiapkan langkah dengan mengganti kapal 9.500
TEUs dengan kapal berkemampuan 6.500
TEUs. Adaptasi yang cepat dan hebat.
Gambaran
melorotnya volume di kawasan AM bisa dilihat dari Container Trade Statistics (CTS) yang mencatat volume 4 (empat)
bulan pertama dengan 25.848 TEUS di
tahun 2015, dibandingkan dengan 47.326
TEUs diperiode 4 bulan yang sama tahun 2014.
Walaupun
mengacu kepada tingkat pertumbuhan perdagangan sekitar 3-4 persen di pasa AM, prospek tersebut belumlah secerah yang
dijanjikan. Gak ada cara bagi pelayaran, selain melakukan sejumlah langkah
efisiensi supaya gak tambah ancur.
Berhati-hatilah.
Dunia bisnis dimana-mana tengah menghadapi masa kritis dan salah melangkah bisa
terjungkal. Termasuk di Indonesia loh ya.
Sumber : Dari
Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar