Isu ini menyeruak seiring dengan diketemukannya ribuan
ikan kerapu bebek (chromileptes altivelis) yang menggelepar di permukaan dan
mati akibat kesulitan bernapas. Ikank-ikan ini dibudidayakan di keramba jaring
apung di Ringgung Kabupaten Pesawaran, Propinsi Lampung.
Puluhan ribu ikan berbagai jenis dikabarkan mati di Teluk Lampung akibat fenomena pasang merah (red tide) ato meledaknya populasi
fitoplankton dalam sepekan terakhir. Akibatnya, pebudidaya ikan dan Dinas
Kelautan Perikanan meminta Pelindo II cabang lampung menghentikan kegiatan
pengerukan alur pelabuhan Panjang.
Wakil Manajer Umum PT Pelindo II Cabang Panjang, Mustafa
menjelaskan, penghentian sementara pengerukan dan pembuangan limbah lumpur ke
Pulau Tegal itu dilakukan sambil menunggu uji laboratorium terkait.
Saat pertemuan dihadiri olehperwakilan pembudidaya ikan
kerpau, manajemen PT Pelindo II Panjang dan konsultan proyek pengerukan
Pelabuhan Panjang, Dinas Kelautan & Perikanan serta pengurus Forum
Komunikasi Kerapu Lampung.
Dibutuhkan waktu sekitar 15 hari untuk bisa mendapatakan
hasil kajian akademis terkait fenomena red tide dengan isu pembuangan (lumpur
sedimen). Intinya, kejadian diluar perkiraan dan bukan hal yang disengaja.
Ya segerakan saja hasil kajiannya serta disosialisasikan
dengan baik agar rakyat menyadari akibat yang ditimbulkan. Semoga lancar dan
baik-baik saja ya.
Sumber : Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar