Perusahaan pelayaran Jerman, Hapag-Lloyd AG (H-L) mengkhawatirkan
bahwa aturan baru dari Organisasi Maritim Internasional (International
Maritime Organisation) terkait low sulphur emission akan
mempengaruhi profit H-L di tahun 2020 ini.
Setidaknya H-L akan terbebani biaya operasi akibat penggunaan
bahan bakar berkadar belerang rendah ato low sulphur tadi, sekitar USD 1M
(baca : 1 milyar dollar Amrik) – demikian disampaikan oleh CEO H-L, Rolf
Habben Jansen.
Seperti diketahui bahwa penggunaan scrubber untuk memenuhi
regulasi IMO diatas tergolong mahal sehingga antisipasi H-L tempo hari mengakuisisi
pelayaran United Arab Shipping Co. (UASC) merupakan tindakan pas
bingitz.
Pelayaran yang kini berada di peringkat ke-5 di
dunia ini terus menggali setiap perkembangan yang ada agar tidak sampe
terjungkal di industri maritim yang ketat dengan persaingan.
Udk, kapal2 milik UASC menggunakan teknologi canggih dan memiliki
dual-system untuk konsumsi bahan bakarnya dan pihak H-L mungkin akan
mengkonversi sejumlah kapal menjadi berbahan bakar LNG / gas alam cair.
Volume yang diangkut H-L tahun 2019 naik 1,5 persen walau
prediksi pertumbuhan ekonomi global hanya 1 persen doank. Nah dampak untuk H-L
bisa dilihat dari performansi Semester 1 – 2020.
Jansen juga menyampaikan bahwa H-L sudah lama ngga ngorder
kapal anyar dan sudah saat memikirkan untuk melangkah ke tahun 2022, 2023 dan
seterusnya. Termasuk kemungkinan memesan kapal 23.000 TEUs.
Armada terbesar yang dimiliki H-L yakni kapasitas 19.000
TEUs, sementara dalam 5 tahun belakangan perkembangan konstruksi kapal
kontainer sangat pesat dan kapal terbesar saat ini dimiliki MSC yakni MSC
Gulsun kapasitas 23.756 TEUs.
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar