Sebelum ada isu
akuisisi pelayaran APL oleh CMA CGM beberapa waktu lalu, ada isu
yang gak kalah hebohnya yaitu rencana 2 (dua) pelayaran besar Tiongkok bakal
bersatu, antara COSCO dan China Shipping Container Lines (CSCL).
Entah namanya
apa nanti tapi isu ini mencuat setelah industri pelayaran global dipaksa untuk
bisa melakukan konsolidasi agar tidak rontok ditengah jalan. Pasalnya,
kompetisi dewasa ini sudah sedemikian canggih sehingga harus bisa memainkan
peran sebaik mungkin.
Menurut media
cetak Wall Street Journal (WSJ),
hasil merger ini nantinya akan memiliki dampak besar karena dengan aksi CMA CGM
mencaplok APL dan COSCO melebur dengan CSCL, maka komposisi aliansi strategis
bakal berubah total.
Pihak Beijing
ingin, hasil konsolidasi nantinya bisa berkompetisi dengan rival raksasa
sekelas dan maunya sih nih, gak pake pemutusan
hubungan kerja (PHK) segala. Tapi apakah mereka sanggup memenuhi tuntutan
itu ?
Secara normatif,
pasti di-IYA-kan tetap secara faktual bila kondisi keuangan gak nyukupin dan
dinilai gak efisien, sori-sori aja PHK kudu dijalanin. Yang udah-udah sih pasti
ada PHK dan pasti juga ada pesangon koq. Tapi apa iya mo semuanya pensiun dini
?
Pihak Beijing berpikir keras untuk gak bertindak
gegabah, apalagi sampe merumahkan sedemikian banyak pegawai. Karenanya proses
merger COSCO-CSCL tergolong alot hingga akhirnya disusul dengan aksi korporasi
CMA CGM melibas APL.
Kedua
pelayaran RRCina ini merugi hingga USD
911 juta dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun saja – itu menurut catatan Drewry
Shipping Consultant Ltd. Pasalnya, Beijing berharap merger kedua pelayaran
ini akan menciptakan pelayaran terbesar
ke-4 di dunia.
Pastinya
banyak yang diharapkan, selain karena untuk mendorong langkah efisiensi,
pengiriman produk dari Tiongkok sedapat mungkin bisa diakomodir oleh pelayaran
berbendera palu arit dengan dasar merah darah.
Saat ini,
COSCO mengoperasikan 175 kapal dan
CSCL menjalankan 156 kapal, dengan
posisi sekarang di ranking 6 dan 7 dunia. Posisi 3 (tiga) pelayaran besar
didepannya adalah Maersk Line, MSC dan CMA CGM (sebelum dan sesudah
mengakuisisi APL, tetap sama urutannya).
Pemerintah
Tiongkok sangat peduli dengan perkembangan yang terjadi di luar sana. Makanya,
selain mendorong konsolidasi korporasi 2 pelayaran yang berbasis kontainer,
pihak Beijing juga mendorong pelayaran berbasis tanker melakukan hal serupa.
Pihak yang
dipaksa melakukan maneuver merger adalah : China
Merchants Energy Shipping Co dan Sinotrans
& CSC Holdings Co. Upaya ini
diakui masih terlalu dini diungkap karenanya kurang begitu muncul dan diketahui
public tapi wacana kearah merger, pasti ada.
Bila kedua
pelayaran berbasis tanker tersebut maujud suatu hari nanti, bisa dipastikan
gabungan pelayaran ini akan melahirkan pelayaran tanker terbesar di dunia –
demikian sebagaimana diulas oleh Citi
Research.
Ok deh,
semoga upaya-upaya yang ada di negeri Tiongkok bisa ditiru oleh pemerintah
Indonesia guna memajukan industri pelayaran di Tanah Air. Aamiin YRA.
Sumber : Dari
Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar