Dilema
dunia pelayaran di setiap negara selalau ada dan harus dihadapi dengan nyata. Hal
yang sedang disorot industri pelayaran
(khususnya) adalah akan cabutnya Inggeris dari keanggotaan Uni Eropa (UE). Wooow bingitz !
Ada
ungkapan terkenal sejak ada indikasi Inggeris bakal cabut / keluar dari UE,
namanya Brexit. Istilah serupa
pernah dipake Yunani saat diisukan mo cabut dari UE juga, namanya Grexit alias Greece Exit.
Brexit
merupakan singkatan yang mengacu pada kondisi di mana Inggris mengancam akan hengkang
dari blok 28 negara Eropa. Selama
lebih dari setengah abad, sudah dilakukan perubahan perjanjian dan tercipta
badan-badan penting seperti Komisi
Eropa, Parlemen Eropa, Pengadilan Eropa, hingga Dewan Eropa.
Perdana Menteri Inggris David Cameron sudah menetapkan tanggal
referendum, yakni 23 Juni 2016 yang
jatuh pada hari Kamis. Di bawah undang-undang, Cameron harus memberikan
informasi mengenai referendum 16 pekan
sebelumnya.
Inggris
bergabung dengan Masyarakat Ekonomi
Eropa atau European Economic
Community (EEC) - pendahulu Uni Eropa - pada 1 Januari 1973. Ini merupakan ambisi dari Perdana Menteri Edward Heath yang bernegosiasi agar Inggris
bergabung dengan Eropa.
Heath
merupakan negosiator andal saat Presiden Perancis waktu itu, Charles de Gaulle - menolak masuknya Inggris pada 1963. De Gaulle kembali menolak Inggris, namun jatuh dari kekuasaan
pada 1969, sehingga membuka jalan bagi pembentukan Inggris baru.
Uni Eropa merupakan persatuan 28 negara yang
terhimpun dalam zona perdagangan bebas. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari US$ 18.000 miliar dan populasi mencapai lebih dari 500 juta, UE merupakan blok ekonomi
terbesar dunia.
Hasil
polling Brexit tampak beragam. Polling telepon Ipsos Mori pada 16 Februari
lalu menunjukkan, 54% warga menginginkan agar Inggris tetap menjadi anggota UE.
Sedangkan 36% lainnya memilih untuk keluar dari keanggotaan UE.
Sementara,
polling ICM yang dilakukan secara
online pada 7 Februari menunjukkan,
42% responden menyetujui Brexit versus 41% responden memilih untuk tetap
menjadi anggota UE. Lantas klo meleset gimana dunk ?
Kondisi
inilah yang sangat dikhawatirkan oleh para pengusaha. Suatu ketentuan baru,
pasti akan menimbulkan masalah baru. Apalagi kejadian Inggeris (bila maujud)
jadi keluar dar UE, ini adalah kejadian luar biasa dan blon tentu bisa
diantisipasi.
Contohnya,
gonjang-ganjing fluktuasi nilai mata uang, lantas pemerintah Inggeris harus
meratifikasi pernjanjian bilateral ato pun dengan UE sekali pun, tapi
diprediksi akan sulit dan memakan waktu panjang.
Walau
disebut2 Inggeris bakal mendapat banyak keuntungan bila berjuang sendirian tapi
sebagian pihak, masih pesimistis. Perlu pembuktian karena bila fluktuasi nilai
mata uang gak bisa terkontrol, segalanya akan berubah dengan drama.
Nah,
seberapa serius Ingeris bakal cabut ? Yuuk, kita tunggu hasil referendum
Brexit. Take care.
Sumber
: Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar