Bagi Korea Selatan, perlu berpikir agak panjang sebelum ada keputusan
melebur ato tidaknya sebuah perusahaan pelayaran menjadi entitas yang lebih
besar dan lebih powerful.
Setelah Tiongkok yang berhasil menggabungkan Cosco + China Shipping Container Line (CSCL) 2 tahun lalu dan
kemudian 3 (tiga) samurai biz kontainer
Jepang dilebur dalam Ocean Network
Express (ONE : NYK, MOL, “K” Line). Tinggal Korea Selatan dan Taiwan yang
masih melirik-lirik terhadap setiap teori
kemungkinan.
Mungkin merger, mungkin bail-out
ato ada opsi lain, entahlah. Kebijakan sebuah negara untuk melebur ato tidak
sangat bergantung kebijakan global dan strategis luar negerinya. Untuk itulah
Korea dan Taiwan masih mengkajinya lebih dalam.
Bahwa beberapa waktu lalu ada isu
pelayaran Hyundai Merchant Marine (HMM)
akan digabung dengan SM Line, embrio
sebuah kerajaan biz ex Hanjin Shipping
(HJS) yang bangkrut, kembali mencuat.
Pasalnya, HMM hingga saat ini masih
berdarah-darah walau sudah menempel di aliansi
strategis 2M tetapi vessel sharing agreement (VSA)-nya
bakal selesai di tahun 2020 juga, dimana HMM harus sudah
memikirkan solusinya.
Perjanjian VSA bisa saja
diperpanjang tapi tergantung keputusan 2M juga – yang juga pesaing langsung
bagi HMM. Maersk Line dan MSC memiliki strategi cukup kuat
mengingat keduanya adalah yang terbesar dibidangnya.
HMM akhirnya memutuskan untuk
membangun armada sendiri dan membeli 12
x 23.000 TEUs + 8 x 15.000 TEUs.serta kesemuanya akan mulai dikirim di
tahun 2020 hingga selesai. Total 20 kapal anyar.
Wakil Ketua Korea Shipowner’
Association (KSA), Kim Young-moo dalam sebuah wawancara menyarankan aksi merger
antara HMM dan SM Line untuk mengurangi rasa frustasi manajemen HMM.
Penyokong keuangan HMM yakni Korea Development Bank (KDB)
menyiratkan bakal lebih tegas dalam mengarahkan biz HMM. Jika merugi terus maka
pegawai yang gak perform bakal ditendang dan diganti dengan personil yang lebih
mumpuni.
Aksi tegas ini harus dilakukan
mengingat HMM merupakan pelayaran yang diselamatkan KDB dan HJS merupakan korban dari keganasan
kompetisi industri pelayaran global dalam 10 tahun belakangan ini.
Sebuah catatan yang cukup
memprihatinkan, bahwa dalam 13 kuartal
HMM membukukan kerugian USD 1,62 milyar,
termasuk merugi USD 155 juta di semester 1 (Jan-Jun) di tahun 2018.
No wonder. Memang harus ada langkah revolusioner klo ngeliat
catatan statistiknya. Klo gak berubah, ya pasti terus berdarah-darah dan apa
iya KDB mo terus kasih subsidi ?
Just wait and see ya.
Klo dari sisi
kita orang awam, just DO IT aja (maksudnya jadiian aja) daripada telat dan waktu
terus berjalan. Pertanyaan selanjutnya, emang klo dilebur bakal untung ?
Setidaknya, mengurangi stres para bozz yang mendanai.
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar