Membuat keuntungan di industri pelayaran dalam beberapa
tahun belakangan ini seperti menoreh tinta emas, jika betul2 bisa maujud. Gak
semua bisa karena kompetisi sudah sangat luar biasa berbeda dibanding tahun2
sebelumnya.
Saat ini pelayaran sudah mengikat + terikat di aliansi
strategis sehingga sulit untuk bisa keluar kecuali diakusisi oleh anggota
aliansi itu sendiri. Bukan mustahil yang membeli diluar anggota aliansi tetapi
pelayaran saat ini sudah mengerucut dan semakin sedikit kemungkinan membeli
pelayaran ato merger skalipun.
Adalah Hyundai
Merchant Marine (HMM) yang hingga awal tahun 2019 menjadi rebutan aliansi
strategis dan yang paling butuh kebetulan THE
Alliance. Saat ini HMM masih menempel di 2M dua nama besar di industri pelayaran, Maersk + MSC.
Di kuartal 3 (Q3 -
2019) HMM membukukan operating-loss
KRW 46,6 Milyar (= USD 39,8 juta), boleh dibilang jauh membaik dibanding kinerja Q3 2018 yang merugi hingga KRW 123,1 Milyar (62 percent
year-on-year improvement). Keren nih - jangan melulu dilihat minusnya.
Keberhasilan HMM disebut-sebut sebagai upaya2 pengurangan
biaya, khususnya program tear-down (TDR)
+ redisain seluruh proses bisnis di penjualan, operasi hingga admin. Total
revenue Q3 tumbuh 1,5 persen, hingga di angka KRW 1,44 Milyar walau tetap
dihantui ketidakpastian di perdagangan global dan tingkat pelemahan harga.
Sayangnya gak ada catatan perolehan volume di setiap
region tetapi pihak HMM stay-positive
dengan beragam isu konflik dagang
Amrik-RRCina, instabilitas di Timur
Tengah/Hongkong serta Brexit. Q4
harus lebih baik apalagi menjelang persiapan Chinese New Year 2020.
Jangan lupa juga, tahun 2020 bagi HMM merupakan tahun
kebangkitan. Setidaknya sejumlah kapal
gede (ultra-large container vessels / ULCV) bakal mulai diserahkan dan
bersiap bekerja bareng dengan THE Alliance, bukan lagi dengan 2M.
Mari kita plototin bersama, gebrakan apa nih yang mo
disiapkan HMM maupun THE Alliance di tahun 2020 ...
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar