Hingga penghujung tahun 2017, prestasi pelayaran Korea Selatan yang dimotori Hyundai Merchant Marine (HMM) dan SM Line masih merugi tetapi keinginan
menghidupkan kejayaan industri maritime tetap menyala.
Selepas bangkrutnya pelayaran
terbesar nomor 7 dimasanya, Hanjin Shipping (HJS) maka kini tinggal
HMM dan SM Line yang berkiprah secara internasional membawa panji bendera
kebangsaan Korea Selatan.
Di kuartal 3 – 2017, HMM membukukan kerugian KRW 28,3 milyar (= USD 26 juta), termasuk didalamnya biz terminal kontainer. Ini sudah agak
membaik dibanding periode sebelumnya (Q3
2016) yang merugi hingga KRW 212,27 milyar.
Menurut Loadstar (media asal Inggeris), revenue HMM di kuartal 3 meningkat 20 persen year-on-year hingga KRW 1,3 trilyun
dan volume muatan (lifting) naik 41
persen menjadi 1,04 juta TEUs. Hmm ... kemajuan yang cukup significant nih.
Di sisi lain, menurut media riset Alphaliner, SM Line yang mulai
mengoperasikan ruet Asia – Amrik pantai
barat di bulan April 2017 dan
mengambil-alih sejumlah rute milik HJS, di tahun ini masih merugi.
Dari ekstraksi data yang dikumpulkan
oleh Alphaliner, dari sumber data induknya yakni Korea Line Corp., SM Line berkontribusi EBITDA KRW 12 milyar selama kuartal 3 2017 ato 2x lipat hasil
kuartal 3 2016.
Walau merugi, gak ada kata menyerah
selain melanjutkan ekspansi hingga ke Timur Tengah dan tahun 2018, targetnya
adalah Intra-Asia. Bahkan di semester 2 2018, gak menutup kemungkian membuka
Asia – Amrik langsung.
Untungnya, SM Line masih punya rasa
percaya gede, setidaknya dari perolehan volume yang ditabung dimana kuartal 2
baru 97.000 TEUs, sedikit meningkat di
kuartal 3 2017 menjadi 142,000 TEUs.
Bagi pendatang baru, memperbesar
market share is ok tapi kedepannya harus dipertimbangkan juga margin minimal
supaya bisa tetap bertahan sehingga bisa merangsek perlahan-lahan ke papan
menengah (itu targetnya).
Sumber : Dari Sana-sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar