Pengiriman
secara metode DROP berkembang pesat di era biz e-commerce
karena memangkas biaya sewa gudang
dan barang langsung dikirim ke produsen, grosir ato pengecer lain. Intinya lebih
hemat.
Semua orang ingin fokus pada pemasaran dan tidak
menghabiskan waktu dan uang untuk infrastruktur dan memegang produk. Mereka
tidak punya waktu untuk berurusan dengan pergudangan dan biaya2 tak terduga
lainnya – demikian ungkap Wakil Presiden
eShipper Imtiaz Kermali.
Mereka ingin memusatkan sumber daya mereka pada konsumen
akhir dan tidak terjebak dengan pemenuhan. Konsep diatas memiliki daya tarik
yang kuat untuk pedagang online, terutama para pemula, lapor Loadstar London.
Pelanggan Brampton,
perusahaan Ontario sebagian besar adalah perusahaan kecil dan menengah yang
"mendapatkan akses ke sejumlah pemasok tanpa harus memesan dalam jumlah
besar. Itu satu keuntungan besar," kata Direktur eShipper, Mo Datoo.
Masih banyak lagi perusahaan pemula ato start up yang
memilih sistem pengiriman dengan DROP
selain memotong banyak jalur birokrasi, juga dianggap bisa memenuhi kriteria
perusahaan pemula. Apalagi sejak biz e-commerce booming ketersediaan gudang di
Amrik khususnya, juga menjadi semakin terbatas.
Menurut penyedia perangkat lunak e-commerce Americommerce, 22-33 persen dari
seluruh industri e-commerce menggunakan pengiriman drop sebagai model manajemen
persediaan utama. Mengingat lonjakan biaya pergudangan, logistik dan ekspektasi
Pelanggan yang tinggi, daya tarik konsep ini sepertinya tidak akan pudar dalam
waktu dekat.
Hmm tantangan baru lagi nih. Pemanfaatan IoT, penggunaan drone dan adanya kemudahan metode pengiriman DROP membuat dunia biz dalam 5 tahun
kedepan akan mengalami pergeseran significant.
Gambaran diatas memang tengah terjadi di belahan dunia
sana tapi percayalah, lambat laun akan merembet juga ke Indonesia. Bersiaplah untuk selalu berubah karena iklim bisnis saat
ini berbeda dengan periode sebelumnya.
Sumber : Dari Sana-sini.